1. Peliputan
Berita
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2001; 667),
meliput adalah membuat berita atau laporan secara terperinci tentang suatu
masalah atau peristiwa. Dalam
pencarian berita, seorang wartawan atau reporter memperoleh bahan berita
melalui liputan atau mencari tahu secara langsung ke lapangan. Menurut AS Haris
Sumadiria (2006: 94), berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Kita
harus bisa mencari dan menciptakan berita. Berikut ini ialah bagaimana berita
diduga melalui meeting atau proses
pencarian dan penciptaan berita diduga dimulai dari ruang redaksi melalui forum
rapat proyeksi (rapat perencanaan berita/rapat peliputan/rapat rutin wartawan
dibawah koordinasi koordinator liputan). Rapat biasanya dilaksanakan sore atau
malam hari, dihadiri seorang atau beberapa redaktur.
Dalam rapat ini, setiap
reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan. Namun, untuk berita yang
sifatnya tak diduga atau tiba-tiba, AS Haris Sumadiria (2006;96) menyatakan untuk berita yang sifatnya tiba-tiba atau tak terduga, reporter atau wartawan
harus pandai-pandai berburu/hunting. Sebagai pemburu, wartawan harus memiliki
beberapa kemampuan dasar, yaitu memiliki kepekaan berita yang tajam (sense of
news), daya pendengaran berita yang baik (hear of news), mengembangkan daya
penciuman berita yang tajam (niose of news), mempunyai tatapan penglihatan
berita yang jauh dan jelas (news seeing), piawai dalam melatih indra perasa
berita (news filling), dan senantiasa diperkaya dengan berbagai pengalaman
berita yang dipetik dan digali langsung dari lapangan (news experience).
Menurut Jani Yosef, 2009; 81-82 dalam mencari berita diperlukan teknik- teknik tersendiri. Dalam prosesnya,
wartawan akan menerapkan ”Kemampuan Human Relations ” dan kemampuan ”lobying
atau negosias”. Hal ini terkait dengan proses berkomunikasi dengan berbagai
pihak dengan bermacam- macam latar belakang budaya, pendidikan, ekonomi dan
lainnya.
Menurut Romli (2003 ; 7-10), Mencari berita (news
hunting, news getting atau news gathering) disebut juga meliput bahan berita
adalah salah satu proses penyusunan naskah berita (news processing), selain
proses perencanaan berita, proses penulisan naskah dan proses penyuntingan
naskah (news editing). Jadi,
meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat
proyeksi redaksi, misalnya dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk memuat
kasus pembunuhan melibatkan pejabat negara. Maka wartawan akan melakukan
wawancara dengan pejabat yang bersangkutan. Selama wartawan melakukan kegiatan
wawancara dengan narasumber, maka kegiatan tersebut dinamakan mencari berita (News
Hunting). Terdapat tiga teknik peliputan berita, diantaranya:
1. Reportase
Kegiatan jurnalistik yang meliput langsung ke lapangan atau ke TKP (Tempat
Kejadian Perkara). Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian, lalu memulai
proses meliput, mengumpulkan data dan fakta seputar peritiwa tersebut. Data dan
fakta tersebut harus memenuhi unsur 5W+ 1H, yaitu ”what”, ”who”, ”when”,
”where”, ”why” dan ”how”.
2. Wawancara
Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan
sumber berita/narasumber.
Wawancara
bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data mengenai suatu
masalah/ kejadian dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Menurut Masri Sareb
Putra ( 2006; 24-25), menyatakan.
Teknik
Wawancara ada dua hal, yakni:
a. Persiapkan
alat tulis dan rekam Seorang wartawan, sebelum melakukan wawancara perlu persiapan atau memperlengkapi diri dengan seperangkat alat tulis atau rekam.
Hal ini karena ingatan manusia pendek, sementara apa yang ditulis itu abadi.
Selain itu, untuk menghindari suatu kesalahan atau ketidaklengkapan yang dapat
ditampung oleh daya ingat manusia maka wartawan juga memerlukan tape recorder.
b. Siapkan
pertanyaan untuk mendapatkan sebuah
berita yang lengkap, seorang wartawan perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan kepada narasumber. Kalau perlu, persiapan dilakukan secara
tertulis. Bahkan ada wartawan yang sebelum melakukan wawancara langsung,
mengirimkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan ditujukan kepada
narasumber. Daftar pertanyaan ini dipersiapakan saat wawancara, agar data yang diperoleh wartawan akurat dan lengkap.
3. Riset
Kepustakaan Riset Kepustakaan
(studi literatur) adalah teknik
peliputan/ pengumpulan data dengan mencari kliping koran, makalah- makalah,
atau artikel koran, menyimak brosur- brosur, membaca buku, atau menggunakan
fasilitas internet.
4. Kantor
Berita Wartawan juga menulis berita dari hasil liputan wartawan kantor kantor berita. Cara mendapatkan berita
itu dengan membeli. Misalnya, berita didapat dari kantor berita Indonesia
(Antara), Malaysia (Bermana), Amerika Serikat (AP). Biasanya, berita yang diterima
berupa faks atau teleks. (Masri Sareb Putra, 2006; 28) Dari penjelasan teori
ini, penulis menyimpulkan dalam teknik peliputan berita itu mencakup 3 Tahapan,
yakni:
a. Reportase
(pencarian), wartawan mendatangi lokasi peristiwa atau kejadian. Setiba di lapangan, wartawan segera mengumpulkan data dan informasi sebanyak- banyaknya.
b. Wawancara,
sebelum melakukan wawancara dengan narasumber. Wartawan harus menyediakan alat
tulis dan tape recorder, kemudian merumuskan pertanyaan. Setelah itu, wartawan melakukan
tanya jawab dengan saksi mata dan sumber lainya yang terkait dalam suatu
peristiwa. Namun apabila informasi yang didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat mencari data dari tempat lain atau pihak–pihak terkait.
c. Riset
Kepustakaan dan Kantor Berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan dapat
mencari kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan kantor berita. Seperti
menggunakan fasilitas internet, makalah dan kliping, atau dengan cara membeli
berita dari kantor berita teknik peliputan ini ditentukan setelah adanya rapat proyeksi. Dalam rapat ini, para
redaktur akan memberi penugasan kepada wartawan untuk mencari, menggali, dan
mendapatkan informasi dari narasumber. Selain itu, tidak ada penugasan (lepas),
ini merupakan teknik peliputan dari inisiatif wartawan sendiri dalam mencari,
memburu dan mengolah berita. Salah satu bekal wartawan saat meliput berita di
lapangan, wartawan harus memiliki kemampuan lobby pendekatan kepada narasumber
pada saat meliput berita. Hal ini penentu kelengkapan data nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar