A.
Tujuan
Penyuntingan
Tujuan
penyuntingan yang dilakukan oleh para editor antara lain
:
1) Menjadikan konten media sebagai suatu karya yang sempurna,
tentunya dapat dibaca dan dipahami dengan mudah oleh para pembacanya ketika
tulisan itu diterbitkan.
2) Memastikan pengaliran atau penyebaran ide dari penulis
kepada para pembaca dapat tersampaikan dengan bahasa yang gramatis, jelas,
lugas, indah, dan menarik.
3) Memastikan pengaliran fakta agar tersampaikan dengan
jelas, tepat, tidak menyalahi agama, undang-undang, dan norma dalam masyarakat.
4) Pengecekan mengenai kebenaran dan fakta yang disampaikan
oleh penulis.
5) Penyuntingan dilakukan agar sebuah tulisan memiliki
koherensi yang baik antara kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, antara
paragraf yang satu dengan paragraf yang lain, dan antara subbab yang satu
dengan sub bab yang lainnya.
B.
Teknik
Penyuntingan
1.
Teknik
Penyuntingan Media Elektronik
Untuk
menulis naskah siaran radio yang baik, perlu memperhatikan tiga hal utama
yakni:
1) Menggunakan
bahasa tutur, yakni bahasa percakapan, informal atau menggunakan kata-kata yang
biasanya digunakan dalam keseharian.
2) KISS
(keep it simple and short), artinya
menggunakan kalimat yang sederhana dan singkat agar mudah dipahami.
3) ELF
(easy listening formula), artinya
menggunakan rumus enak didengar dengan menyusun kalimat enak didengar dan mudah
dimengerti pada pendengaran pertama. Naskah siaran radio seharusnya “sekali ucap langsung dimengerti”.
Ketiga hal utama yang
harus diperhatikan penulis naskah radio jika ingin menulis naskah siaran radio
yang baik di atas perlu juga dijadikan pertimbangan bagi kerja penyuntingan.
2.
Teknik
Penyuntingan Media Cetak
Teknik
yang digunakan dalam penyuntingan media cetak sebagai berikut:
1) Tahap
pertama adalah prapenyuntingan. Artinya, sebelum melakukan penyuntingan,
penyunting terlebih dahulu harus melakukan beberapa hal, di antaranya adalah
mengecek kelengkapan naskah, daftar isi, informasi mengenai penulis, catatan
kaki, subbab dan sub-subbab, ilustrasi, tabel, gambar, dan pembacaan sepintas.
2) Tahap
kedua adalah penyuntingan. Pada dasarnya, proses penyuntingan yang dilakukan
oleh penyunting adalah membuat sebuah naskah menjadi lebih mudah dibaca serta
enak dibaca. Ukuran mudah dan enak adalah seberapa jauh buku tersebut dibaca
(dibeli) pembaca. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyuntingan
adalah ejaan, tata bahasa, kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya
penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.
3) Tahap
ketiga adalah pascapenyuntingan. Tahap ini penyunting melakukan pemeriksaan
naskah secara keseluruhan, awal hingga akhir. Tahap ini dilakukan agar tidak
ada bagian naskah yang telah mengalami proses penyuntingan yang terlewati,
sekecil apa pun. Hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah kelengkapan
naskah, nama penulis, daftar isi, sistematika bab, tabel/ilustrasi/gambar,
prakata/kata sambutan/kata pengantar, catatan kaki, daftar pustaka, daftar
istilah, lampiran, indeks, biografi singkat, sinopsis, dan nomor halaman.
3.
Teknik
Penyuntingan Media Online
Teknik
yang digunakan dalam media online
sebagai berikut:
1) Judul
dan halaman depan berita harus
mencerminkan isi berita agar pembaca tidak kecewa.
2) Penampilan
berita di media online hendaknya
menggunakan foto yang kuat, grafis berupa data, dan kutipan.
3) Berita
yang ditulis di media online sebisa
mungkin pendek, karena sulit membaca yang panjang di layar telepon genggam. Berita
tentang satu kisah nyata lebih menyentuh, misalnya bila digabung dengan audio.
0 komentar:
Posting Komentar